Jumat, 14 Oktober 2011

Metode Riset 4

BAB II

II.I    Teori
kinerja adalah sebagai seluruh hasil yang diproduksi pada fungsi pekerjaan atau aktivitas khusus selama periode khusus. Kinerja keseluruhan pada pekerjaan adalah sama dengan jumlah atau rata - rata kinerja pada fungsi pekerjaan yang penting. Fungsi yang berkaitan dengan pekerjaan tersebut akan dilakukan dan tidak dilakukan dengan karakteristik kinerja individu. Pendapat di atas didukung oleh pernyataan dari Sunarto (2003), yaitu : “Kinerja yang tinggi dapat tercapai oleh karena kepercayaan (trust) timbal balik yang tinggi di antara anggota - anggotanya artinya para anggota mempercayai integritas, karakteristik, dan kemampuan setiap anggota lain. Untuk mencapai kinerja yang tinggi memerlukan waktu lama untuk membangunnya, memerlukan kepercayaan, dan menuntut perhatian yang seksama dari pihak manajemen”.
Kinerja seorang karyawan merupakan hal yang bersifat individual, karena setiap karyawan mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda - beda dalam mengerjakan tugasnya. Pihak manajemen dapat mengukur karyawan atas unjuk kerjanya berdasarkan kinerja dari masing - masing karyawan. Kinerja adalah sebuah aksi, bukan kejadian. Aksi kinerja itu sendiri terdiri dari banyak komponen dan bukan merupakan hasil yang dapat dilihat pada saat itu juga. Pada dasarnya kinerja merupakan sesuatu hal yang bersifat individual, karena setiap karyawan memiliki tingkat kemampuan yang berbeda dalam mengerjakan tugasnya. Kinerja tergantung pada kombinasi antara kemampuan, usaha, dan kesempatan yang diperoleh. Hal ini berarti bahwa kinerja merupakan hasil kerja karyawan dalam bekerja untuk periode waktu tertentu dan penekanannya pada hasil kerja yang diselesaikan karyawan dalam periode waktu tertentu. (Timpe, 1993, p. 3).
Kepemilikan modal, sumberdaya alam, tenaga kerja yang murah, mesin, dan teknologi tidak lagi menjamin bahwa organisasi akan mampu berkiprah dengan baik dalam suatu populasi organisasi. Era sekarang sangat mementingkan pemilikan dan penguasaan pengetahuan para anggota organisasi, sehingga driver utama bagi kelangsungan hidup organisasi adalah kepemilikan pengetahuan para anggotanya. Pengetahuan para anggota organisasi ini perlu dikelola lebih baik yang dikenal sebagai knowledge management. Nonaka membagi pengetahuan yang dimiliki organisasi menjadi dua yaitu tacit knowledge dan explicit knowledge. Tugas para pengelola organisasi adalah menjadikan tacit knowledge yang dimiliki anggota anggotanya menjadi explicit knowledge yang dimiliki bersama. Organisasi dalam era ini membutuhkan knowledge workers. Untuk dapat survive, organisasi sebaiknya mengubah pola pengelolaan sumberdaya manusia dalam organisasi, karena knowledge ini dimiliki oleh para anggota organisasi, dan akan keluar bersama anggota tersebut kalau dia meninggalkan organisasi. Bukan seperti mesin yang tetap tinggal dalam organisasi meskipun operatornya keluar dari organisasi. Era knowledge economy membutuhkan karyawan-karyawan dan organisasi yang mampu melakukan proses pembelajaran secara terus- menerus, sehingga organisasi mampu menyesuaikan diri secara terus- menerus. Pembelajaran dalam organisasi tidak saja merupakan pembelajaran dari feedback negatif--yang disebut Argyris sebagai single loop learning, melainkan suatu proses pembelajaran yang dikenal sebagai double loop learning. Proses ini akan menghasilkan suatu learning organization (Senge, P. 1990).

II.II     Analisis Faktor-Faktor
            Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Menurut Timpe (1993) faktor - faktor yang mempengaruhi kinerja, yaitu (p.33) :
1.      Kinerja baik dipengaruhi oleh dua faktor :
a)      Internal (pribadi) :
·         Kemampuan tinggi
·         Kerja keras
b)      Eksternal (lingkungan) :
·         Pekerjaan mudah
·         Nasib baik
·         Bantuan dari rekan – rekan
·         Pemimpin yang baik

2.      Kinerja jelek dipengaruhi dua faktor :
a)      Internal (pribadi) :
·         Kemampuan rendah
·         Upaya sedikit
b)      Eksternal (lingkungan) :
·         Pekerjaan sulit
·         Nasib buruk
·         Rekan - rekan kerja tidak produktif
·         Pemimpin yang tidak simpatik

II.III    Pengantar Hipotesis
Kinerja seorang karyawan bukan hanya didasarkan pada kemampuan diri mereka masing-masing, akan tetapi ada hal lain yang dapat menentukan baik atau buruknya kinerja mereka, salah satunya adalah motivasi kerja, sikap kepemimpinan seorang pemimpin yang ada didalam organisasi tersebut serta lingkungan kerja yang ada.

II.IV    Tinjaun Penelitian Terdahulu
Pengaruh Motivasi Kerja terhadap Kepuasan Kerja Karyawan
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan, artinya bahwa motivasi kerja memang sangat diperlukan oleh seorang karyawan untuk dapat mencapai suatu kepuasan kerja yang tinggi meskipun menurut sifatnya kepuasan kerja itu sendiri besarannya sangat relatif atau berbeda antara satu orang dengan orang lainnya. Tetapi secara keseluruhan, para responden menyatakan bahwa selama bekerja di perusahaan mereka menyatakan merasa puas atas motivasi kerja yang selama ini diberikan oleh manajemen kepada para karyawan perusahaan.
Hasil penelitian ini mendukung beberapa pendapat dan teori tentang motivasi yang dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut :
Ø  Robbins (2005:55)
Ø  Hodgets dan Luthans dalam Usmara (2006:14)
Ø  Aldag dan Stearns (1987) dalam Usmara (2006:15)
Ø   Gibson, Ivancevich dan Donnely (1997:89); Scott dalam Sukarto (1999) dan Sutiadi (2003:3)
Ø   Sperling(1987:183), Stanton (1981:101) dalam Mangkunegara (2005:93-94)
Ø   Maslow dalam Usmara (2006:18) dan Gibson, Ivancevich dan Donnely (1992:92)
Ø  Herzberg dalam Kreitner dan Kinichi (2005:262); McClelland dalam Mangkunegara


 
Bab III
Metodologi Penelitian
3.1  Model Penelitian
A.    Variabel kenyamanan dalam bekerja (X)
     Yaitu apresiasi karyawan terhadap fasilitas serta sarana-sarana yang diberikan oleh pemimpin melalui jam kerja yang sesuai (X1), gaji yang tepat waktu (X2), serta tunjangan yang diberikan (X3) yang bertujuan untuk memberikan kenyamanan karyawan dalam menjalankan tugas.
B.     Variabel output dari karyawan
     Yaitu bagaimana output,  hasil akhir atau kinerja yang dihasilkan oleh karyawan.

3.2  Data Dan Variabel
Jam kerja yang sesuai (X1) yang diharapkan oleh pemimpin agar para karyawan bekerja
sesuai dengan jam kerja yang telah disepakati, dengan kata lain tidak ada karyawan yang
pulang melebihi jam kerja.
Gaji yang tepat waktu (X2) dengan memberikan gaji sesuai dengan tanggal yang telah
ditentukan agar tidak ada lagi keterlambatan pembayaran gaji karyawan.
Tunjangan yang diberikan (X3) diharapkan dengan diberikannya tunjangan-tunjangan
tersebut dapat meningkatkan kinerja karyawan.
Hasil akhir, output, atau kinerja (Y) karyawan atas variabel-variabel X diatas yang sudah
diberikan.

3.3  Teknik Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dengan memberikan kuesioner kepada karyawan secara acak dari
berbagai jenis pekerjaan.

3.4  Sumber Data
a)      Data primer
Yaitu data yang diperoleh atau dengan survei lapangan yang menggunakan semua metode pengumpulan data original. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan kueisoner untuk memperoleh data dari para responden.
b)      Data sekunder
Yaitu data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data. Untuk memperoleh data sekunder, peneliti melakukan studi pustaka, penelaan berbagai media massa dan internet.
3.5  Tahapan Penelitian
ü  Membuat kuesioner
ü  Menentukan isi pertanyaan dari masing-masing variabel
ü  Menetukan seberapa banyak objek yang akan diteliti
ü  Survey dan pengumpulan data awal
ü  Pengolahan data
ü  Menganalisis serta menarik kesimpulan
3.6  Sampel Dan Populasi
Populasi yang ditentukan dalam penelitian ini yaitu karyawan yang berada dilingkungan
sekitar, dengan sampel yang diambil sebanyak 120 orang dari berbagai jenis pekerjaan dan
perusahaan. Jumlah tersebut diambil berdasarkan pertimbangan sebagai jumlah yang cukup
mewakili populasi. Responden dalam penelitian ini dipilih berdasarkan metode pengambilan
sampel yang bersifat non-probability sampling yakni accidental sampling yaitu dengan memilih
sampel dari orang yang mudah dijumpai atau diakses.





Bab IV
Hasil Penelitian Dan Pembahasan

4.1  Hasil Penelitian
     Sarana-sarana yang diberikan oleh pimpinan (perusahaan) sebagai bentuk proses pendekatan kepada para karyawannya mengharapkan adanya umpan balik. Umpan balik tersebut berupa kesadaran karyawan untuk meningkatkan kinerjanya dalam menjalankan tugas-tugas yang diberikan. Pada penelitian ini telah dilakukan survey terhadap 120 orang responden sebagai sampel.

4.2  Analisis Deskriptif
     Pada penelitian ini terdapat 4 (empat) variabel, yang terdiri dari satu variabel terikat yaitu Variabel output karyawan (Y) dan tiga Variabel bebas yaitu jam kerja yang sesuai (X1), gaji yang tepat waktu (X2) dan tunjanganyang diberikan (X3).
       4.2.1  Jam Kerja Yang Sesuai (X1)
Hasil dari variabel X1 tersebut memberikan gambaran bahwa dengan memberlakukan
sistem time work yang sesuai tersebut menunjukkan tingkatan output yang dihasilkan
karyawan  memuaskan dengan rata-rata tingkat outputnya  mencapai 91,44%.
         4.2.2  Gaji Yang Tepat Waktu (X3)
Hasil dari variabel X2 tersebut  memberikan gambaran bahwa dengan memberikan
gaji/upah karyawan sesuai waktu yang telah ditentukan menunjukkan tingkatan output
yang dihasilkan karyawan  memuaskan  dengan rata-rata tingkat outputnya mencapai
77,6%.


         4.2.3  Tunjangan (X3)
Hasil dari variabel X3 tersebut memberikan gambaran bahwa dengan memberikan
tunjangan-tunjangan seperti tunjangan kesehatan, tunjangan keselamatan kerja, serta
tunjangan hari tua menunjukkan tingkatan output  yang dihasilkan karyawan 
 memuaskan  dengan rata-rata tingkat outputnya mencapai 84,83%.
       4.2.4  Variabel Output Yang Dihasilkan Karyawan (Y)
                 Hasil dari variabel Y tersebut memberikan gambaran bahwa pemberian sarana-sarana atau ketentuan-ketentuan dari variabel-variabel X tersebut telah berhasil membuat karyawan merasa nyaman dalam menjalankan tugasnya dan mampu meningkatkan kinerja mereka dengan hasil output tersebut dengan rata-rata tingkat outputnya mencapai 90,21% .

4.3  Analisis Statistik
Analisis Statistik digunakan dalam penelitian ini karena data yang ada merupakan data
sampel, sehingga untuk dapat membuat suatu kesimpulan yang dapat dijadikan ukuran
terhadap parameter dalam populasi perlu dilakukan pengujian secara statistik. Analisis
statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda karena ada lebih
dari satu variabel bebas. Sebelum dilakukan analisis regresi, terlebih dahulu dilihat hubungan
antara variabel dengan korelasi. Dengan menggunakan bantuan paket program SPSS for
windows versi 14 diperoleh nilai koefesien korelasi antara variabel dan hasil pengujian yang
menunjukkan bahwa variabel yang ada memiliki hubungan positif yang signifikan antara satu
variabel dengan variabel lainnya dengan taraf nyata 5 %. Hal ini menunjukkan semakin
banyak sarana-sarana yang diberikan oleh pimpinan dengan menggunakan berbagai macam
cara akan semakin berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan dalam menjalankan serta
menyelesaikan tugas dengan tepat waktu.



       4.3.1  Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi digunakan untuk melihat pengaruh jam kerja yang sesuai, gaji yang
tepat waktu, dan tunjangan yang diberikan terhadap hasil uotput yang dihasilkan
karyawan  dikalangan sekitar. Model persamaan yang digunakan adalah :
Y= a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e
Dari pengolahan data yang dilakukan di dapat persamaan regresi untuk model
pengaruh kenyamanan sumber daya manusia dalam menjalankan tugasnya didalam
perusahaan yang terbentuk adalah sebagai berikut :
Y= -0,755 + 0,649(X1) – 0,463(X2) – 0,042(X3) + e
Dari hasil analisis regresi tersebut diatas terlihat bahwa dari ke tiga variabel bebas yang
diamati terdapat satu variabel positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan yaitu
sistem jam kerja yang sesuai (X1), sedangkan yang tidak signifikan terhadap kinerja
karyawan terdapat pada gaji yang tepat waktu (X2) dan tunjangan yang diberikan
(X3).

4.4  Pembahasan
Pada hasil Analisis Regresi, koefisien regresi variabel jam kerja yang sesuai (X1) mempunyai parameter sebesar 0,649, yang ternyata memiliki nilai yang paling tinggi daripada koefisien regresi lainnya. Adapun interpretasi dari parameter tersebut adalah menyatakan bahwa setiap penambahan 1 satuan variabel jam kerja maka akan mempengaruhi kinerja karyawan sebesar 0,649. Hal ini menunjukkan bahwa variabel jam kerja secara signifikan berpengaruh terhadap kinerja. Hal ini berarti faktor tersebut baik secara parsial maupun kumulatif dengan variabel lain secara signifikan berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Implikasinya adalah bahwa untuk meningkatkan kinerja karyawan terhadap hasil output yang dihasilkan karyawan di masa yang akan datang atau dengan kata lain untuk menjaga kestabilan produktifitas perusahaan maka variabel jam kerja merupakan variabel dominan yang perlu diperhatikan oleh perusahaan (pimpinan).

Bab V
Kesimpulan Dan Saran

5.1  Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
ü  Pemberian fasilitas serta sarana yang dilakukan melalui pemberlakuan jam kerja yang sesuai, pemberian gaji yang tepat waktu, dan pemberian tunjangan-tunjanagn secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja atau hasil output dari karyawan.
ü  Secara parsial, terlihat bahwa dari tiga variabel bebas yang ada hanya satu variabel bebas yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan, yaitu variabel jam kerja.
ü  Dengan pemberlakuan jam kerja yang sesuai juga dapat meramalkan kinerja karyawan di masa yang akan datang.

5.2  Saran
            Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka faktor-faktor yang harus diperhatikan pimpinan agar memberikan kenyamanan karyawan dalam berkerja yang berdampak pada kinerja karyawannya, antara lain :
·         Pemberlakuan jam kerja yang sesuai
·         Pemberian gaji yang tepat waktu
·         Pemberian tunjangan-tunjangan pendukung
·         Melakukan penyempurnaan pemberian sarana dan fasilitas
·         Perlu adanya kajian lebih lanjut tentang faktor lain selain dari ke tiga faktor yang telah diteliti yang dapat mempengaruhi tingkat konerja karyawan terhadap tingkat output yang dihasilkan.

Minggu, 09 Oktober 2011

Perilaku Konsumen

Bab I

1.     Pendahuluan
Perilaku konsumen adalah proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan dengan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produk dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan. Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan pembelian. Untuk barang berharga jual rendah (low-involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan mudah, sedangkan untuk barang berharga jual tinggi (high-involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan pertimbangan yang matang.
Pengertian perilaku konsumen menurut Shiffman dan Kanuk (2000) adalah “Consumer behavior can be defined as the behavior that customer display in searching for, purchasing, using, evaluating, and disposing of products, services, and ideas they expect will satisfy they needs”. Pengertian tersebut berarti perilaku yang diperhatikan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan mengabaikan produk, jasa, atau ide yang diharapkan dapat memuaskan konsumen untuk dapat memuaskan kebutuhannya dengan mengkonsumsi produk atau jasa yang ditawarkan.

Selain itu perilku konsumen menurut Loudon dan Della Bitta (1993) adalah: “Consumer behavior may be defined as the decision process and physical activity individuals engage in when evaluating, acquiring, using, or disposing of goods and services”. Dapat dijelaskan perilaku konsumen adalah proses pengambilan keputusan dan kegiatan fisik individu-individu yang semuanya ini melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan, menggunakan, atau mengabaikan barang-barang dan jasa-jasa.

Menurut Ebert dan Griffin (1995) consumer behavior dijelaskan sebagai: “the various facets of the decision of the decision process by which customers come to purchase and consume a product”. Dapat dijelaskan sebagai upaya konsumen untuk membuat keputusan tentang suatu produk yang dibeli dan dikonsumsi.


Bab II

2.     
Tiga faktor yang mempengaruhi pilihan konsumen, yaitu :
1)      Konsumen Individu
Pilihan merek dipengaruhi oleh :
ü  Kebutuhan konsumen
ü  Persepsi atas karakteristik merek, dan
ü  Sikap kearah pilihan. Sebagai tambahan, pilihan merek dipengaruhi oleh demografi konsumen, gaya hidup, dan karakteristik personalia.
2)      Pengaruh Lingkungan
Lingkungan pembelian konsumen ditunjukkan oleh :
ü  Budaya (Norma kemasyarakatan, pengaruh kedaerahan atau kesukuan)
ü  Kelas sosial (keluasan grup sosial ekonomi atas harta milik konsumen)
ü  Grup tata muka (teman, anggota keluarga, dan grup referensi) dan
ü  Faktor menentukan yang situasional ( situasi dimana produk dibeli seperti keluarga yang menggunakan mobil dan kalangan usaha).
3)            Marketing strategy
Merupakan variabel dimana pemasar mengendalikan usahanya dalam memberitahu dan mempengaruhi konsumen. Variabel-variabelnya adalah :
ü  Barang
ü  Harga
ü  Periklanan dan
ü  Distribusi yang mendorong konsumen dalam proses pengambilan keputusan.
Pemasar harus mengumpulkan informasi dari konsumen untuk evaluasi kesempatan utama pemasaran dalam pengembangan pemasaran.  penelitian pemasaran memberikan informasi kepada organisasi pemasaran mengenai kebutuhan konsumen, persepsi tentang karakteristik merek, dan sikap terhadap pilihan merek. Strategi pemasaran kemudian dikembangkan dan diarahkan kepada konsumen.
Ketika konsumen telah mengambil keputusan kemudian evaluasi pembelian masa lalu, digambarkan sebagai umpan balik kepada konsumen individu. Selama evaluasi, konsumen akan belajar dari pengalaman dan pola pengumpulan informasi mungkin berubah, evaluasi merek, dan pemilihan merek. Pengalamn konsumsi secara langsung akan berpengaruh apakah konsumen akan membeli merek yang sama lagi.
Panah umpan balik mengarah kembali kepada organisasi pemasaran. Pemasar akan mengiikuti rensponsi konsumen dalam bentuk saham pasar dan data penjualan. Tetapi informasi ini tidak menceritakan kepada pemasar tentang mengapa konsumen membeli atau informasi tentang kekuatan dan kelemahan dari merek pemasar secara relatif terhadap saingan. Karena itu penelitian pemasaran diperlukan pada tahap ini untuk menentukan reaksi konsumen terhadap merek dan kecenderungan pembelian dimasa yang akan datang. Informasi ini mengarahkan pada manajemen untuk merumuskan kembali strategi pemasaran kearah pemenuhan kebutuhan konsumen yang lebih baik.


BAB III
PENUTUP

Contoh Kasus :
Indonesia sebagai negara berpenduduk besar telah menempatkan industri pangan sebagai industri yang strategis baik dalam penyerapan pasar maupun penyediaan sumber daya. Keragaman budaya dari ratusan suku bangsa yang tersebar di luasan wilayah kepulauan Indonesia merupakan warisan leluhur yang sangat bernilai tinggi. Perilaku makan merupakan bagian penting pula dari adat istiadat di banyak suku Bahkan makanan telah menjadi simbol kebudayaan dan berpotensi menjadi bagian budaya nasional.
Tuntutan akan kecepatan dan kepraktisan yang hampir menyentuh seluruh aspek kehidupan dan kelompok masyarakat melahirkan budaya instan termasuk pada budaya makanan instan. Salah satu jenis makanan instan yang cukup popular adalah mi instan. Keberadaan mi instan di Indonesia dirasakan cukup fenomenal sejak diperkenalkan tahun 1969 telah mengalami lonjakan tingkat konsumsi yang cukup tinggi yaitu 43 bungkus/kapita/tahun di tahun 2000.
Indomie sebagai pemimpin pasar mi instant, dari sekitar 30 pemain, telah melakukan banyak terobosan dalam menjaga keutuhan pangsa dan bahkan meningkatkannya. Persaingan Indomie akan lebih diarahkan pada persaingan dengan produk pemium dan impor. Salah satu produk Indomie yang diluncurkan PT ISM (Indofood Sukses Makmur, Tbk) dalam program LIntas Budaya Nusantara adalah Indomie Selera Nusantara (ISN). ISN merupakan hasil dari pengembangan produk yang mengangkat cita rasa makanan khas daerah di Indonesia.
Berdasarkan kondisi tersebut di atas maka penelitian ini dilakukan untuk (1) mengidentifikasikan pola konsumsi konsumen mahasiswa terhadap ISN; (2) menganalisiskan faktor-faktor yang mempengaruhi sikap konsumen mahasiswa terhadap atribut-atribut ISN; (3) menganalisis hubungan pola konsumsi ISN dengan selera makanan daerah.
Metode penelitian yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian tersebut yaitu dengan menggunakan metoda survey. Data diambil melaui contoh konsumen yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu (judgment non probability sampling) Adapun kriteria contoh adalah mahasiswa/i, konsumen makanan khas daerah dan mi instan serta merupakan pembuat keputusan dalam konsumsi mi instan.
Hasil survey penelitian terhadap 140 responden menunjukkan bahwa sebagian besar contoh konsumen ISN adalah berpengeluaran rata-rata per bulan dibawah Rp 500.000,-, bertempat tinggal di indekost.
Perilaku konsumsi makanan khas daerah menunjukkan pola yaitu tingkat frekuensi konsumsi yang tidak menentu (82,1%), cara memperoleh makanan khas daerah melalui kombinasi antara membuat, membeli dan acara-acara khusus (44,3%). Sebagian besar responden menyukai makanan khas berjenis lauk (36,4%) dan sebanyak 45,4% mengkonsumsinya sebagai makanan selingan. Jenis makanan yang paling banyak dikonsumsi adalah jenis makanan rebusan (39,8%). Adapun alasan mengkonsumsi makanan khas daerah adalah dikarenakan cita rasa yang terdapat pada makanan tersebut (86,76%). Sebanyak 40,7% responden terkadang merasakan kesulitan dalam memperoleh makanan khas daerah.
Perilaku kosumsi ISN menunjukkan pola yaitu terdapat jumlah yang sama pada konsumen yang mengkonsumsi sedikit dan konsumen yang mengkonsumsi banyak (34,3%). Sebagian besar responden mengkonsumsi jenis rasa tertentu (59,3%). Dasar pertimbangan konsumsi sebagian besar responden adalah situasi dan kondisi saat proses pembelian (35%). Sebanyak 72,3% responden mengetahui atau menyadari keberadaan iklan ISN.
Hubungan antara perilaku konsumsi makanan khas daerah dan konsumsi ISN dengan menggunakan metode tabulasi silang dan uji asosiasi Chi-Square umumnya menunjukkan tidak adanya hubungan diantara kelompok variabel perilaku konsumsi makanan khas daerah dan variabel perilaku konsumsi ISN.
Melalui metoda Cochran Q-test dengan proses empat kali iterasi maka 18 atribut yang ada dirasakan hanya sebelas atribut yang dianggap penting yaitu harga, rasa, bobot, kandungan gizi, aroma, kesegaran, daya tahan, pengolahan, ketersediaan produk, pelengkap tambahan dan sertifikasi kualitas. Selanjutnya kesebelas atribut tersebut dianalisa menggunakan analisis sikap multiatribut Fishbein. Analisis tersebut menghasilkan nilai 142,85 yang memiliki arti netral. Kenetralan nilai sikap mutiatribut Fishbein memberikan gambaran bahwa atribut-atribut ISN tidak memberikan kesan yang cukup positif maupun negatif pada benak responden. Pemetaan atribut berdasarkan lima wilayah rasa ISN (Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Indonesia Bagian Timur) menggunakan metoda analisis Biplot menunjukkan hanya dua wilayah rasa (Sumatera dan Jawa) yang memiliki keungulan atribut yang diuji yaitu Sumatera pada kelompok atribut pertama dan Jawa pada kelompok atribut kedua. Adapun kelompok atribut pertama yaitu atribut rasa, harga, bobot, ketersediaan, daya tahan, sertifikasi dan aroma. Sedangkan kelompok atribut kedua yaitu pelengkap, kesegaran dan gizi.
Berdasarkan hasil analisis-analisis tersebut di atas maka dapat ditinjau ulang (review) penetapan STP (Segmentation. Targeting. Positioning) ISN dan konsep produk yang menjadi ekspektasi konsumen.

Sumber :


Jumat, 07 Oktober 2011

Metode Riset 3


BAB I
1.  Judul
Pengaruh Pimpinan Dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan (hasil kerja yang diselesaikan karyawan)

2.  Latar Belakang
Kepuasan kerja seharusnya merupakan penentu utama dari perilaku anggota organisasi atau organizational citizenship behavior. Budaya organisiasi mengarah pada kualitas lingkungan internal organisasi yang dialami orang yang berada di dalamnya. Muchinsky berpendapat bahwa budaya organisasi sebagai keadaan lingkungan kerja yang dipersiapkan oleh para anggotanya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dan diasumsikan berpengaruh terhadap motivasi serta perilaku anggotanya.
Faktor-faktor yang kondusif terhadap tingkat kepuasan kerja karyawan yakni pekerjaan yang menantang, imbalan yang layak, kondisi kerja yang mendukung dan rekan kerja yang mendukung.
Seseorang cenderung bekerja dengan penuh semangat apabila kepuasan dapat diperolehnya dari pekerjaannya dan kepuasan kerja karyawan merupakan kunci dapat diperolehnya dari pekerjaannya dan kepuasan kerja karyawan merupakan kunci pendorong moral, kedisiplinan, dan prestasi kerja karyawan dalam mendukung terwujudnya perusahaan.
       Kepuasan kerja yang tinggi atau baik akan membuat karyawan semakin loyal kepada perusahaan atau organisasi.semakin termotivasi dalam bekerja, bekerja dengan rasa tenang, dan yang lebih penting lagi kepuasan kerja yang tinggi akan memperbesar kemungkinan tercapainya produktivitas dan motivasi yang tinggi pula. Karyawan yang tidak merasa puas terhadap pekerjaanya, cednderung akan melakukan atau penghindar diri dari situasi-situasi pekerjaan baik yang bersifat fisik maupun psikologis.
           
3.  Masalah
`     Kepemimpinan seorang pemimpin didalam perusahaan serta lingkungan kerja yang ada bisa menjadi faktor yang dapat mempengaruhi meningkatnya kinerja karyawan atau bahkan menurunnya kinerja karyawan tersebut, yang mempengaruhi pula hasil kerja karyawan tersebut.

4.  Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari kepemimpinan seorang pemimpin dan lingkukan kerja terhadap kinerja karyawan dan hasil kerja yang dihasilkan oleh seorang karyawan tersebut. Serta mengetahui hal-hal apa saja yang diinginkan oleh seorang karyawan agar mendapat kenyamanan dalam bekerja.










Referensi :