Minggu, 09 Oktober 2011

Perilaku Konsumen

Bab I

1.     Pendahuluan
Perilaku konsumen adalah proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan dengan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produk dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan. Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan pembelian. Untuk barang berharga jual rendah (low-involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan mudah, sedangkan untuk barang berharga jual tinggi (high-involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan pertimbangan yang matang.
Pengertian perilaku konsumen menurut Shiffman dan Kanuk (2000) adalah “Consumer behavior can be defined as the behavior that customer display in searching for, purchasing, using, evaluating, and disposing of products, services, and ideas they expect will satisfy they needs”. Pengertian tersebut berarti perilaku yang diperhatikan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan mengabaikan produk, jasa, atau ide yang diharapkan dapat memuaskan konsumen untuk dapat memuaskan kebutuhannya dengan mengkonsumsi produk atau jasa yang ditawarkan.

Selain itu perilku konsumen menurut Loudon dan Della Bitta (1993) adalah: “Consumer behavior may be defined as the decision process and physical activity individuals engage in when evaluating, acquiring, using, or disposing of goods and services”. Dapat dijelaskan perilaku konsumen adalah proses pengambilan keputusan dan kegiatan fisik individu-individu yang semuanya ini melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan, menggunakan, atau mengabaikan barang-barang dan jasa-jasa.

Menurut Ebert dan Griffin (1995) consumer behavior dijelaskan sebagai: “the various facets of the decision of the decision process by which customers come to purchase and consume a product”. Dapat dijelaskan sebagai upaya konsumen untuk membuat keputusan tentang suatu produk yang dibeli dan dikonsumsi.


Bab II

2.     
Tiga faktor yang mempengaruhi pilihan konsumen, yaitu :
1)      Konsumen Individu
Pilihan merek dipengaruhi oleh :
ü  Kebutuhan konsumen
ü  Persepsi atas karakteristik merek, dan
ü  Sikap kearah pilihan. Sebagai tambahan, pilihan merek dipengaruhi oleh demografi konsumen, gaya hidup, dan karakteristik personalia.
2)      Pengaruh Lingkungan
Lingkungan pembelian konsumen ditunjukkan oleh :
ü  Budaya (Norma kemasyarakatan, pengaruh kedaerahan atau kesukuan)
ü  Kelas sosial (keluasan grup sosial ekonomi atas harta milik konsumen)
ü  Grup tata muka (teman, anggota keluarga, dan grup referensi) dan
ü  Faktor menentukan yang situasional ( situasi dimana produk dibeli seperti keluarga yang menggunakan mobil dan kalangan usaha).
3)            Marketing strategy
Merupakan variabel dimana pemasar mengendalikan usahanya dalam memberitahu dan mempengaruhi konsumen. Variabel-variabelnya adalah :
ü  Barang
ü  Harga
ü  Periklanan dan
ü  Distribusi yang mendorong konsumen dalam proses pengambilan keputusan.
Pemasar harus mengumpulkan informasi dari konsumen untuk evaluasi kesempatan utama pemasaran dalam pengembangan pemasaran.  penelitian pemasaran memberikan informasi kepada organisasi pemasaran mengenai kebutuhan konsumen, persepsi tentang karakteristik merek, dan sikap terhadap pilihan merek. Strategi pemasaran kemudian dikembangkan dan diarahkan kepada konsumen.
Ketika konsumen telah mengambil keputusan kemudian evaluasi pembelian masa lalu, digambarkan sebagai umpan balik kepada konsumen individu. Selama evaluasi, konsumen akan belajar dari pengalaman dan pola pengumpulan informasi mungkin berubah, evaluasi merek, dan pemilihan merek. Pengalamn konsumsi secara langsung akan berpengaruh apakah konsumen akan membeli merek yang sama lagi.
Panah umpan balik mengarah kembali kepada organisasi pemasaran. Pemasar akan mengiikuti rensponsi konsumen dalam bentuk saham pasar dan data penjualan. Tetapi informasi ini tidak menceritakan kepada pemasar tentang mengapa konsumen membeli atau informasi tentang kekuatan dan kelemahan dari merek pemasar secara relatif terhadap saingan. Karena itu penelitian pemasaran diperlukan pada tahap ini untuk menentukan reaksi konsumen terhadap merek dan kecenderungan pembelian dimasa yang akan datang. Informasi ini mengarahkan pada manajemen untuk merumuskan kembali strategi pemasaran kearah pemenuhan kebutuhan konsumen yang lebih baik.


BAB III
PENUTUP

Contoh Kasus :
Indonesia sebagai negara berpenduduk besar telah menempatkan industri pangan sebagai industri yang strategis baik dalam penyerapan pasar maupun penyediaan sumber daya. Keragaman budaya dari ratusan suku bangsa yang tersebar di luasan wilayah kepulauan Indonesia merupakan warisan leluhur yang sangat bernilai tinggi. Perilaku makan merupakan bagian penting pula dari adat istiadat di banyak suku Bahkan makanan telah menjadi simbol kebudayaan dan berpotensi menjadi bagian budaya nasional.
Tuntutan akan kecepatan dan kepraktisan yang hampir menyentuh seluruh aspek kehidupan dan kelompok masyarakat melahirkan budaya instan termasuk pada budaya makanan instan. Salah satu jenis makanan instan yang cukup popular adalah mi instan. Keberadaan mi instan di Indonesia dirasakan cukup fenomenal sejak diperkenalkan tahun 1969 telah mengalami lonjakan tingkat konsumsi yang cukup tinggi yaitu 43 bungkus/kapita/tahun di tahun 2000.
Indomie sebagai pemimpin pasar mi instant, dari sekitar 30 pemain, telah melakukan banyak terobosan dalam menjaga keutuhan pangsa dan bahkan meningkatkannya. Persaingan Indomie akan lebih diarahkan pada persaingan dengan produk pemium dan impor. Salah satu produk Indomie yang diluncurkan PT ISM (Indofood Sukses Makmur, Tbk) dalam program LIntas Budaya Nusantara adalah Indomie Selera Nusantara (ISN). ISN merupakan hasil dari pengembangan produk yang mengangkat cita rasa makanan khas daerah di Indonesia.
Berdasarkan kondisi tersebut di atas maka penelitian ini dilakukan untuk (1) mengidentifikasikan pola konsumsi konsumen mahasiswa terhadap ISN; (2) menganalisiskan faktor-faktor yang mempengaruhi sikap konsumen mahasiswa terhadap atribut-atribut ISN; (3) menganalisis hubungan pola konsumsi ISN dengan selera makanan daerah.
Metode penelitian yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian tersebut yaitu dengan menggunakan metoda survey. Data diambil melaui contoh konsumen yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu (judgment non probability sampling) Adapun kriteria contoh adalah mahasiswa/i, konsumen makanan khas daerah dan mi instan serta merupakan pembuat keputusan dalam konsumsi mi instan.
Hasil survey penelitian terhadap 140 responden menunjukkan bahwa sebagian besar contoh konsumen ISN adalah berpengeluaran rata-rata per bulan dibawah Rp 500.000,-, bertempat tinggal di indekost.
Perilaku konsumsi makanan khas daerah menunjukkan pola yaitu tingkat frekuensi konsumsi yang tidak menentu (82,1%), cara memperoleh makanan khas daerah melalui kombinasi antara membuat, membeli dan acara-acara khusus (44,3%). Sebagian besar responden menyukai makanan khas berjenis lauk (36,4%) dan sebanyak 45,4% mengkonsumsinya sebagai makanan selingan. Jenis makanan yang paling banyak dikonsumsi adalah jenis makanan rebusan (39,8%). Adapun alasan mengkonsumsi makanan khas daerah adalah dikarenakan cita rasa yang terdapat pada makanan tersebut (86,76%). Sebanyak 40,7% responden terkadang merasakan kesulitan dalam memperoleh makanan khas daerah.
Perilaku kosumsi ISN menunjukkan pola yaitu terdapat jumlah yang sama pada konsumen yang mengkonsumsi sedikit dan konsumen yang mengkonsumsi banyak (34,3%). Sebagian besar responden mengkonsumsi jenis rasa tertentu (59,3%). Dasar pertimbangan konsumsi sebagian besar responden adalah situasi dan kondisi saat proses pembelian (35%). Sebanyak 72,3% responden mengetahui atau menyadari keberadaan iklan ISN.
Hubungan antara perilaku konsumsi makanan khas daerah dan konsumsi ISN dengan menggunakan metode tabulasi silang dan uji asosiasi Chi-Square umumnya menunjukkan tidak adanya hubungan diantara kelompok variabel perilaku konsumsi makanan khas daerah dan variabel perilaku konsumsi ISN.
Melalui metoda Cochran Q-test dengan proses empat kali iterasi maka 18 atribut yang ada dirasakan hanya sebelas atribut yang dianggap penting yaitu harga, rasa, bobot, kandungan gizi, aroma, kesegaran, daya tahan, pengolahan, ketersediaan produk, pelengkap tambahan dan sertifikasi kualitas. Selanjutnya kesebelas atribut tersebut dianalisa menggunakan analisis sikap multiatribut Fishbein. Analisis tersebut menghasilkan nilai 142,85 yang memiliki arti netral. Kenetralan nilai sikap mutiatribut Fishbein memberikan gambaran bahwa atribut-atribut ISN tidak memberikan kesan yang cukup positif maupun negatif pada benak responden. Pemetaan atribut berdasarkan lima wilayah rasa ISN (Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Indonesia Bagian Timur) menggunakan metoda analisis Biplot menunjukkan hanya dua wilayah rasa (Sumatera dan Jawa) yang memiliki keungulan atribut yang diuji yaitu Sumatera pada kelompok atribut pertama dan Jawa pada kelompok atribut kedua. Adapun kelompok atribut pertama yaitu atribut rasa, harga, bobot, ketersediaan, daya tahan, sertifikasi dan aroma. Sedangkan kelompok atribut kedua yaitu pelengkap, kesegaran dan gizi.
Berdasarkan hasil analisis-analisis tersebut di atas maka dapat ditinjau ulang (review) penetapan STP (Segmentation. Targeting. Positioning) ISN dan konsep produk yang menjadi ekspektasi konsumen.

Sumber :


Tidak ada komentar:

Posting Komentar